Thursday, August 20, 2020

CERITA AKUISISI DATA GEOLISTRIK

 

Pengalaman untuk melakukan penelitian bersama dosen adalah hal yang sangat menyenangkan, banyak hal yang bisa di petik.

Ini adalah cerita tentang pengalaman saya pada saat penelitian "Investigasi Sedimen Tsunami Krakatau Berdasarkan Metode Geolistrik (Studi Kasus Desa Way Muli dan Kunjir, Lampung)" 

Pengukuran data geolistrik di Desa Way Muli, dan Desa Kunjir bersama 2 dosen, yaitu Ibu Rizka dan Pak Rahmat Fadhilah, dan teman saya yaitu bang Beta, Arvico, dan Aviv. 

 

Day 1

Sebelum melakukan Akuisisi data, Perjalanan diawali menuju KESBANGPOL Kalianda untuk meminta izin melakukan penelitian, kemudian dilajutkan menuju kantor desa Way Muli untuk meminta izin kembali. Setelah pengurusan izin selesai kemudian kita melakukan pegukuran.


Gambar 1 Pengukuran Lintasan ERT ke-1

Pemasangan alat untuk akusisi diserahkan kepada bang Beta, Arvico, dan Aviv, dan saya bersama Pak Fadhil melakukan pengamatan lapisan yang berada dekat dengan lintasan ERT ke-1.

Gambar 2 Pemasangan Elektroda

Setelah melakukan pengamatan geologi, mengambil sampel, dan mengambil gambar, Pengukuran pun diilakukan, dengan menggunakan Konfigurasi Wenner, dengan bentangan 20 meter. Pengukuran cukup menguras tenaga, dikarenakan kita menggunakan alat NANIURA, dengan 4 buah elektroda yang harus di pindah-pindah dan cukup memakan waktu yang lama ditambah waktu jeda untuk meminta izin ke kantor desa Kunjir, dan membeli makan siang bersama Pak Fadhil,,,

Pengukuran dilakukan kembali setelah Isoma, dengan tugas yang bergantian, menjadi operator, pencatat, dan pemindah elektroda. Hari ini dihabiskan hanya untuk 1 lintasan,,,


Day 2

Perjalanan awal sama seperti hari sebelumnya, menuju KESBANGPOL Kalianda, namun untuk mengambil surat perizinan, dan kemudian menuju Kecamatan Rajabasa. Lalu kita melanjutkan perjalanan ke Kantor Desa Kunjir untuk Meminta izin pengambilan data disana. Dengan baiknya kita di dampingi oleh salah satu Kepala Dusun, Namanya Pak Marzuki.

Gambar 3 Titik Lintasan Pengukuran Sounding (Konfigurasi Schlumberger)

Akusisi data pun dilakukan dengan menggunakan Konfigurasi Schlumberger dengan bentangan 300 meter. Bang Beta bertugas sebagai Operator, Saya dan Aviv bertugas memindahkan elektroda, dan Arvico untuk Memonitoring Bentangan, Bu Rizka bertugas mencatat Data pengukuran, dan Pak Fadhil melakukan kalibrasi pada alat Multifunction Ph meter.

Gambar 4 Sumur

Pada saat pengukuran selanjutnya dilakukan, terjadi kerusakan pada alat NANIURA, ditandai dengan Indikator Arus yang muncul dengan nilai yang besar tanpa disambungkan dengan Accu/Aki. Hal tersebut membuat kita menunda pengukuran, dan melanjutkan untuk pencarian Sumur di daerah sekitar penelitian untuk mengukur Ph, Temperatur, dll. Setelah itu kami juga menuju singkapan di dekat daerah penelitian. Hari ini cukup cepat berlalu dengan 1 data lintasan,,

Gambar 5 Perjalanan Menuju Singkapan


Day 3

Setelah di hari Senin, Kamis, dan Jumat, tidak melakukan pengukuran data di lapangan, jadi untuk 3 hari kedepan kita akan menginap di penginapan.

Di hari kedua kemarin kita meminjam elektroda dari satu set peralatan ARES, karena elektroda tersebut berjumlah 40, yang nantinya akan memudahkan pada saat pengukuran ERT menggunakan konfigurasi Wenner.

Hari ini, hari sabtu, dan di hari ini juga Pak Fadhil tidak ikut melakukan akuisisi data. Pengukuran data dikakukan untuk titik sounding,, pengukuran dilakukan sebanyak 4 titik,,

Gambar 6 Akusisi Titik Lintasan Sounding

Setelah pengukuran selesai di sore hari, sekitar jam 6 lewat, kami pun mencari penginapan,,,

Gambar 7 Penginapan Riung Gunung (RG)

Kita menginap di penginapan Riung Gunung (RG),, di malamnya kami juga mencari makan,, dan setelah itu kita pulang untuk beristirahat,,

 

Day 4

Hari Minggu. Setelah beristirahat semalam, kita kemudian melakukan pengukuran data kembali dengan 4 lokasi titik sounding,,, dengan disela sela siang hari kami Ishoma,,,

Gambar 8 Akusisi titik lintasan Sounding

Setelah melakukan pengukuran kami pun kembali ke penginapan RG untuk beristirahat,,,

 

Day 5

Hari ini tepat tgl 17 Agustus 2020, Kita tetap melakukan pengukuran data, namun kali ini kita melakukan pengukuran untuk lintasan ERT di pinggir sawah, dan menghabiskan 1 hari untuk lintasan ini,,,


Gambar 9 Pengukuran Lintasan ERT ke-2

Sebelum pulang ke Bandar Lampung, kita menyempatkan untuk singgah di pantai wartawan untuk menentukan lokasi pengukuran untuk keesokan harinya,,,

Dan terdapat hal lucu yang tidak terlupakan, pada saat saya, bang Beta, dan Bu Rizka melihat lokasi,,, arvico dan aviv menunggu di dekat mobil, dan pada saat kami kembali kemobil, aviv sedang tertidur pulas dan bersender di bambu,,, dengan gaya yang lucuuu hahaha,,, Kemudian kita pulang ke kampus, untuk mempersiapkan pengukuran besok,,

 

Day 6

Di Pantai Wartawan kita melakukan pengukuran data untuk ERT, dengan menggunakan konfigurasi Wenner,,,

Pembagian tugas dilakukan untuk melakukan pengukuran dan studi geologi,,, Saya dan aviv mengukur PH dan lapisan geologi sekitar area pengukuran, dan bang Beta, Arvico, dan Bu Rizka melakukan pengukuran Geolistrik,,

 

Gambar 10 Pengukuran air panas (kiri) dan Pengamatan lapisan geologi sekitar (kanan)

 

Day 7

Hari ini ibu Rizka tidak bisa mengikuti akuisisi data, dan digantikan dengan Rizki Wulandari,,,

Pengukuran pertama dilakukan pada titik lintasan sounding, kemudian pada pengukuran kedua dilakukan untuk titik lintasan ERT di tempat yang sama seperti hari sebelumnya, yaitu di pantai Wartawan, dikarenakan lintasan kemarin masih kurang panjang, maka pengukuran dilakukan dengan melakukan overlay lintasan,,

Setelah pengukuran selesai, kami pun membereskan peralatan,,

Momen-momen foto setelah pengukuran,,,




Monday, May 25, 2020

Tutorial NonLinLoc7.00 (NLLoc 7.00)

Langkah Pengerjaan:
  1. Instal Cygwin Terminal dengan package yang di download adalah:
    • gcc core
    • make-libs
    • cyg
    • dll.
  2. Unduh NNL7.00_samples dan NLL7.00_bin_x86_64-apple-darwin14 pada website: http://alomax.free.fr/nlloc/.
  3. Buat folder NNL7.00 di dalam lokasi Cygwin64 – home – (nama komputer) – dokumen – (buat folder NNL7.00).
  4. Ekstrak rar NNL7.00_samples dan NLL7.00_bin_x86_64-apple-darwin14 di dalam folder NNL7.00.
  5. Hasil extrak NLL7.00_bin_x86_64-apple-darwin14 terdapat file dengan format file, seperti Grid2time, NNLoc, Vel2Grid, dll. Ubah file tersebut menjadi *.exe.
  6. Pada nnloc_sample yang hanya diubah adalah file nlloc_sample.in (dijelaskan pada langkah 7).
  7. Pada file obs isikan file hasil picking menggunakan software SEISGRAM dengan format *.pick, dengan satu file berupa satu event (min 3 stasiun perekam).
  8. Edit file nlloc_sample.in pada file run dengan parameter yang digunakan, yaitu:
    • VGOUT, VGGRID, dan LAYER pada Vel2Grid control file statements.
    • GTSRCE, EQSTA, dan EQVPVS (1.73) pada Time2EQ control file statements.
    • GTFILES pada Grid2Time control file statements.
    • LOCFILES dan LOCGRID pada NLLOC control file statements.
  9. Buka Cygwin terminal, lalu isikan comment berikut:
    • cd = digunakan untuk menampilkan nama direktori atau mengubah lokasi/posisi direktori, untuk berpindah direktori pada partisi yang berbeda (secara default berada pada partisi C:) cukup dengan mengetikkan drive letter partisi yang bersangkutan (contoh D: atau D:\ tanpa chdir atau cd).
    • ls = menampilkan file pada folder yang dibuka.
    • cd NNL7.00 = digunakan untuk membuka folder NNL7.00
    • chmod a+x run/nlloc_sample.in = digunakan untuk melakukan running data pada file tersebut.
    • ./Vel2Grid run/nnloc_sample.in = digunakan untuk melakukan running Vel2Grid pada data file nnloc_sample.in.
    • Ubah GTFILES menjadi P/S setelah proses sebelumnya, jika diawal running P, maka ubah menjadi S dan lakukan comment ./Vel2Grid run/nnloc_sample.in lagi.
    • ./Grid2Time run/ nnloc_sample.in = digunakan untuk melakukan running Grid2Time pada data file nnloc_sample.in.
    • Ubah GTFILES menjadi P/S setelah proses sebelumnya, jika diawal running P, maka ubah menjadi S dan lakukan comment ./Grid2Time run/ nnloc_sample.in lagi.
    • ./NLLoc run/ nnloc_sample.in = digunakan untuk melakukan running Grid2Time pada data file nnloc_sample.in.
  10. Untuk melihat hasil pengolahan buka file loc. Pada file *.hyp merangkum seluruh hasil perhitungan.
Untuk lebih jelasnya lagi bisa di lihat di website nya ya (referensi).

Referensi 

Thursday, August 15, 2019

Tutorial VELEST


Tutorial VELEST 3.1 (Windows)

By Kris H.P David (krisdavid98@gmail.com)

1. Persiapan Data

A. File *.cnv (local earthquake data)
Isi dalam file ini adalah data katalog yang di buat dari script matlab GADtoVelest.m

Yang perlu disiapkan untuk di run oleh script matlab adalah:
·      File traveltime.txt berisikan data perkolom yaitu:

1. Tahun
2. Bulan
3. Tanggal
4. Jam
5. Menit
6. Stasiun (Maks 4 huruf, kemudian dijadikan kode berupa angka)
7. Traveltime Gel.P (Tp-T0)
8, Traveltime Gel.S (Ts-T0)
9. Nomor Urut Event

Gambar 1. Contoh file traveltime.txt

Catatan Penting : Yang dimasukkan ke dalam file traveltime.txt adalah angka saja, bukan dengan keterangan tahun, bulan, tanggal, dll. 
Event gempa yang digunakan pada Windows max 650 Event.

·      File lokasi.txt berisikan data perkolom yaitu:

1. Tahun
2. Bulan
3. Tanggal
4. Jam
5. Menit
6. Detik (Origin time (T0 dari GAD))
7. Latitude
8. Longitude
9. Depth (Km)
10. Nomor Urut Event 

Gambar 2. Contoh file lokasi.txt
Ikuti Format sesuai diatas agar tidak error, jangan lupa untuk menyamakan angka di depan dan di belakang koma ya. Gunakan Ms. Excel agar sesuai lalu masukkan ke notepad++ dalam format lokasi.txt, Kemudian di run matlabnya, cek hasil *.cnv. Buka hasil di dalam notepad++, tambahkan 3x enter di akhir. Pastikan spasi rapi dan sesuai karena software VELEST 3.1 sensitif.

Catatan Penting : Yang dimasukkan ke dalam file lokasi.txt adalah angka saja, bukan dengan keterangan tahun, bulan, tanggal, dll

Script Matlab: 

clc
%--- initiate data
%fid1=fopen(file_catalog);%file catalog menjadi file variabel
str=fopen('lokasi.txt','r');%baca file lokasi
%--- read data
lokasi=textscan(str,'%d %d %d %d %d %6.3f %7f %*5f %9f %*3f %f %d');
%ftell(str)
fclose(str);
tahun=lokasi{1};
bulan=lokasi{2};
hari=lokasi{3};
jam=lokasi{4};
menit=lokasi{5};
detik=lokasi{6};
lat=lokasi{7};
long=lokasi{8};
depth=lokasi{9};
ID=lokasi{10};
South='S';
East='E';
E=0.00;
Y=0;
k=1;%bilangan untuk membantu menentukan jumlah stasiun dalam file katalog yg akan kita buat (format velest)
h=0;%bilangan untuk menerangkan batas data maksimum travel time dalam 1 baris file .cnv adalah 6
fidP=fopen('datavelest2.cnv','wt');
%Scrip untuk mengetahui jumlah event
all_arr_time_100_kamojang=importdata('traveltime.txt');
event=0;
for p=1:length(all_arr_time_100_kamojang) %tergantung nama file yang mengandung catalog gempa
    if isnan(all_arr_time_100_kamojang(p,9))==0
        event=event+1;
    end;
end;

z = 1;
for i=1:event% i sampai jumlah event
    fprintf(fidP,'%2i%2i%2i %2i%2i%6.2f%8.4f%1c %8.4f%1c %6.2f   %4.2f      %1i\n',tahun(i),bulan(i),hari(i),jam(i),menit(i),detik(i),-lat(i),South,long(i),East,depth(i),E,Y);   
    if all_arr_time_100_kamojang(z,7)~=99.990 && all_arr_time_100_kamojang(z,7)> detik(i)
        fprintf(fidP,'%4i%1c%1i%6.2f',all_arr_time_100_kamojang(z,6),'P',1,all_arr_time_100_kamojang(z,7)-detik(i));
        h=h+1;
    else if all_arr_time_100_kamojang(z,7)~=99.990 && all_arr_time_100_kamojang(z,7)< detik(i)
            fprintf(fidP,'%4i%1c%1i%6.2f',all_arr_time_100_kamojang(z,6),'P',1,(all_arr_time_100_kamojang(z,7)+60)-detik(i));
            h=h+1;
        end;
    end;
    if all_arr_time_100_kamojang(z,8)~=99.990 && all_arr_time_100_kamojang(z,8)> detik(i)
        fprintf(fidP,'%4i%1c%1i%6.2f',all_arr_time_100_kamojang(z,6),'S',1,all_arr_time_100_kamojang(z,8)-detik(i));
        h=h+1;
    else if all_arr_time_100_kamojang(z,8)~=99.990 && all_arr_time_100_kamojang(z,8)< detik(i)
            fprintf(fidP,'%4i%1c%1i%6.2f',all_arr_time_100_kamojang(z,6),'S',1,(all_arr_time_100_kamojang(z,8)+60)-detik(i));
            h=h+1;
        end;
    end;
    z=z+1;
   
    while isnan(all_arr_time_100_kamojang(z,9))==1
        z;
        %k=k+1
        if all_arr_time_100_kamojang(z,7)~=99.990 && all_arr_time_100_kamojang(z,7)> detik(i)
        fprintf(fidP,'%4i%1c%1i%6.2f',all_arr_time_100_kamojang(z,6),'P',1,all_arr_time_100_kamojang(z,7)-detik(i));
        h=h+1
        else if all_arr_time_100_kamojang(z,7)~=99.990 && all_arr_time_100_kamojang(z,7)< detik(i)
                fprintf(fidP,'%4i%1c%1i%6.2f',all_arr_time_100_kamojang(z,6),'P',1,(all_arr_time_100_kamojang(z,7)+60)-detik(i));
                h=h+1;
            end;
        end;
        if mod(h,6)==0 && h~=0
            fprintf(fidP,'\n')
            h=0;
        end;
        if all_arr_time_100_kamojang(z,8)~=99.990 && all_arr_time_100_kamojang(z,8)> detik(i)
        fprintf(fidP,'%4i%1c%1i%6.2f',all_arr_time_100_kamojang(z,6),'S',1,all_arr_time_100_kamojang(z,8)-detik(i));
        h=h+1;
        else if all_arr_time_100_kamojang(z,8)~=99.990 && all_arr_time_100_kamojang(z,8)< detik(i)
                fprintf(fidP,'%4i%1c%1i%6.2f',all_arr_time_100_kamojang(z,6),'S',1,(all_arr_time_100_kamojang(z,8)+60)-detik(i));
                h=h+1
            end;
        end;
        if mod(h,6)==0 && h~=0
            fprintf(fidP,'\n')
            h=0;
        end;
       
        z=z+1;
    end;
    if h~=0
    fprintf(fidP,'\n')
    end;
    fprintf(fidP,'\n')
    h=0;
end;


Salin script di atas ke dalam notepad++, kemudian save dalam GADtoVelest.m
Contoh hasil *.cnv sebagai berikut:

Gambar 3.  Contoh hasil *.cnv

B. File stasiun.sta (stasiun list)
Berisikan file stasiun dengan pembobotan. Angka pembobotan ditentukan oleh jumlah event gempa yang di catat oleh stasiun. Tentukan jumlah event terbanyak yang direkam oleh stasiun, kemudian di bagi tiga, maka skala yang digunakan adalah 1 untuk bobot dengan perekaman sedikit, 2 untuk bobot perekaman sedang dan 3 untuk perekaman banyak. Perekaman tersebut dilihat dari file arrivaltime.txt

Contoh : stasiun KARA merekam 120 event, maka stasiun yang merekam event (x<=30) memiliki bobot 1, event (30<x<=60) memiliki bobot 2, event (60<x<=120) memiliki bobot 3.

Gambar 4. file Ms.Excel stasiun.sta

Yang dimasukkan adalah data seperti di bawah ini di Notepad++ dengan format *.sta 
Gambar 5. Contoh file stasiun.sta

Ditambahkan enter 1x setelah data. Pakai stasiun yang mencatat event gempa saja, jika tidak mencatat maka tidak perlu dimasukkan.

C. File velocity.mod (initial velocity model)
Berisi file kecepatan. Dapat di replace dari file yang saya sediakan. Dari kolom kiri ke kanan velocity, kedalaman (km), damping(ini coba2, kalo bingung kasil 01.0 aja.  Yang baris 2 dan 10 (di file contoh) itu ada tulisan 7 merupakan jumlah lapisan. Lalu pada kedalaman di velest itu minus jika di atas permukaan.
pada penelitian saya sebelumnya, model kecepatan yang saya gunakan pada gambar 6 di bawah adalah model kecepatan regional Jawa Tengah (Koulakov dkk., 2009).
Ini contohnya:

Gambar 6.  Contoh file velocity.mod

Jangan lupa di tambahkan enter 2x di akhir. CR LF itu merupakan tanda untuk Windows.
Kalau Mau lebih Jelas dapat di lihat di VELEST User’s Guide (e-book).

D. File velest.cmn (parameter control)

Berisikan parameter control dari velest. Formatnya sama seperti di VELEST User’s Guide (e-book).

Berikut contoh Penggunaan dari penelitian saya:

******* CONTROL-FILE FOR PROGRAM  V E L E S T  (28-SEPT1993) *******

***
*** ( all lines starting with  *  are ignored! )
*** ( where no filename is specified, 
***   leave the line BLANK. Do NOT delete!)
***
*** next line contains a title (printed on output):

CALAVERAS area7 1.10.93 EK startmodell vers. 1.1  

***      starting model 1.1 based on Castillo and Ellsworth 1993, JGR

***  olat       olon           icoordsystem      zshift   itrial   ztrial    ised
      -7.9948  -110.4586            0                      0       0        0.00       0
***
*** neqs   nshot   rotate
         137      0      0.0
***
*** isingle   iresolcalc
            0              0
***
*** dmax    itopo    zmin     veladj    zadj   lowveloclay
        46.00     0          0.05       0.01      0.02         1
***
*** nsp    swtfac   vpvs       nmod
          2      0.50     1.730          2
***
*** othet   xythet    zthet    vthet   stathet
          0.01    0.20      0.20      1.0        0.05
***
*** nsinv   nshcor   nshfix     iuseelev    iusestacorr
           1            0            0               1                   0
***
*** iturbo    icnvout   istaout   ismpout
             1             1              1             0
***
*** irayout   idrvout   ialeout   idspout   irflout   irfrout   iresout
              1             1              1             1              1           1            1
***
*** delmin   ittmax   invertratio
         0.010      2                  2
***
*** Modelfile:
velocity.mod
***
*** Stationfile:
station.sta
***
*** Seismofile:                                                                             
***
*** File with region names:
***
*** File with region coordinates:
***
*** File #1 with topo data:                                                                               
***
*** File #2 with topo data:                                                                            
***
*** DATA INPUT files:
***
*** File with Earthquake data:
datavelest2.cnv
***
*** File with Shot data:                                                                         
***
*** OUTPUT files:
***
*** Main print output file:
Output.OUT
***
*** File with single event locations:
***
*** File with final hypocenters in *.cnv format:
FinalHypo.CNV
***
*** File with new station corrections:
stationcorr.OUT
***
*** File with summary cards (e.g. for plotting):
***
*** File with raypoints:
***
*** File with derivatives:
***
*** File with ALEs:
***
*** File with Dirichlet spreads:
***
*** File with reflection points:
***
*** File with refraction points:
***
*** File with residuals:
VELOUT.RES
***
******* END OF THE CONTROL-FILE FOR PROGRAM  V E L E S T  *******


2.   Setelah semua proses ke-1 telah selesai, pastikan semua data telah tersedia, yaitu file cnv, sta, mod, dan cmn, kemudian running velest.exe. 


3.   Berdasarkan penelitian yang telah saya lakukan, koreksi/cek nilai-nilai berikut :
  • RMS, jika nilai RMS konvergen (menurun) dalam setiap iterasi maka hasilnya baik.
  • Final Hypocenter, lakukan plotting hasil relokasi tersebut (Latitude, Longitude) ke dalam Ms.Excel, apabila kurang baik (Hasil relokasi jauh berbeda dengan relokasi awal), maka coba-coba kembali pengolahan data kalian (terutama pada file *.cmn kalian.
  • Update Velocity, lihat hasil perubahan dari velocity apabila memiliki nilai yang jauh berbeda, maka cek kembali file mod dan velocity. 
  • GAP, berdasarkan penelitian saya nilai GAP yang baik adalah <180°
4. Berdasarkan pengalaman saya, ada beberapa masalah error yang sering terjadi:
  • File input format masih salah, Koreksi file *.cnv, kalo ga rapi atau ada yang kelebihan kekurangan spasi dia udah ga jalan), inget diakhir ditambah enter 3x
  • Harus ada beberapa enter diakhir file
  • Huruf besar atau kecil
  • Penamaan stasiun (pada penelitian saya mengubah menjadi angka)
  • Parameter kontrol. Kalo di output.out semua input udah ada disitu, menurut saya yang berpotensi error adalah parameter kontrol ini (*.cmn). biasanya beda penanganannya, jadi sering coba ubah-ubah. Intinya trial and error. 
5.  Selamat mencoba, Semoga tidak lama errornya

Refrensi 

Kissling, E. 1995. Program VELEST User’s GuideShort Introduction. Institute of Geophysics and Swiss Seismological Service, ETHZuerich, Switzerland.

Koulakov, I., Jakovlev, A., dan Luehr, B. (2009): Anisotropic structure beneath central Java from local earthquake tomography, Geochemistry Geophysics Geosystems, 10, 56–87.

Tuesday, July 9, 2019

Belajar Pemrograman Python

#1 Pengenalan Python

Seringkali kita bingung untuk belajar atau mulai dari mana ???
Jawabannya adalah....

Mulai dari KEMAUAN kita !!!
So, jadi kamu jangan bingung lagi yaa guyss, kalau mau belajar python itu dari mana.. hehehe...

Untuk kali ini kita akan membahas pengenalan dari python itu sendiri, ok let’s go...


JAS MERAH
“Jangan sesekali melupakan sejarah

Pada sejarahnya python di kembangkan oleh Guido Van Rosum tahun 1990 di Stichting Mathematisch Centrum (CWI), Amsterdam sebagai kelanjutan dari bahasa pemrograman ABC. Versi terakhir yang dikeluarkan CWI adalah 1.2. 
Biar Semakin kenal, ini ada foto Bapak Guido ya guyss,,,
Gambar 2. Guido Van Rossum (Sumber: Google)
Kemudian di tahun 1995, Bapak ini pindah ke CNRI di Virginia Amerika sambil terus melanjutkan pengembangan software yang dibuatnya tersebut. Versi terakhir yang dikembangkannya waktu itu adalah Python 1.6 tahun 2000.
Setelah itu Guido dan teman pengembang inti Python tersebut pindah ke BeOpen.com (Perusahaan Komersial) dan membentuk BeOpen PythonLabs, dan di sanalah versi Python 2.0 di keluarkan. Kemudian beliau dan tim nya pindah laagi ke DigitalCreators.

Sampai saat ini, pengembangan Python terus dilakukan oleh Guido dan Python Software Foundation. Python Software Foundation adlah sebuah organisasi non-profit yang dibentuk sebagai pemegang hak cipta intelektual Python sejak versi 2.1 dan perusahaan komersial untuk merebutnya. Dan sampai saat ini distribusi python sudah mencapai versi 2.7 dan 3.6.


APA ITU PYTHON
Python merupakan bahasa pemrograman interpretatif multiguna dengan filosofi perancangan yang berfokus pada tingkat keterbacaan kode. Python diklaim sebagai bahasa yang menggabungkan kapabilitas, kemampuan, dengan sintaksis kode yang sangat jelas, dan dilengkapi dengan fungsionalitas pustaka standar yang besar serta komprehensif. Python juga didukung oleh komunitas yang besar lohhh...

Untuk lebih jelasnya lagi, kalian bisa lihat pada link di bawah ini ya guysss...
https://docs.python.org/3/faq/general.html


KENAPA HARUS BELAJAR PYTHON ???
Lihatlah Meme ini...
Gambar 3. Script C++, Jawa, dan Python (Sumber: MemeComic)
Yang manakah bahasa pemrograman yang paling sederhana ???
Tentu Python yaa guysss,,, tidak perlu menggunakan kode ini itu untuk membuat program “Hello world”.

So, kalian tahu kan kenapa kalian harus belajar Python ?

1. Mudah untuk dipelajari (Bagi yang punya kemauan)
2. Digunakan oleh perusahaan besar dan ternama (ex: Google, Youtube, Yahoo, etc)
3. Cepat dan Efektif untuk digunakan
4. Untuk kebutuhan kuliah “Enginnering”
.... Sisanya bisa di tambahkan sendiri ya guyss,,,


Referensi
https://id.wikipedia.org/wiki/Python_(bahasa_pemrograman), diakses tanggal 09-07-2019
https://docs.python.org/3/faq/general.html#what-is-python, diakses tanggal 09-07-2019
https://www.petanikode.com/python-linux/ , diakses tanggal 09-07-2019

Tuesday, July 2, 2019

PENGERTIAN FREKUENSI DAN FREKUENSI DI DUNIA GEOFISIKA


APA ITU FREKUENSI ???

Istilah frekuensi biasanya ditemukan dalam topik gelombang dan getaran. Secara umum, frekuensi adalah banyaknya sesuatu yang terjadi dalam satuan detik, dalam kajian gelombang, frekuensi dapat diartikan sebagai banyaknya gelombang yang terjadi dalam satu sekon. Satuan yang digunakan dalam mengukur frekuensi adalah 1/s yang disebut Hertz disingkat Hz.  Istilah tersebut diambil dari Fisikawan Jerman yang bernama Heinrich Rudolf Hertz (1857-1894) Satuan frekuensi juga dapat di tuliskan dalam cps (cycle per seconds).
Secara matematis frekuensi dapat dihitung menggunakan rumus:

F = N/t
keterangan :

f  = frekuensi (Hz)
N = Jumlah gelombang/getaran
t  = waktu (s)

DEFINISI DAN PENGERTIAN FREKUENSI DI ILMU GEOFISIKA
Istilah frekuensi berasal dari bahasa inggris yaitu “frequency” yang artinya adalah ukuran jumlah ataupun tingkat keseringan. Dalam kehidupan sehari-hari sering mengibaratkan tingkat keseringan penggunaan tertentu seperti frekuensi melakukan joging, penggunaan kendaraan dengan frekuensi yang tinggi, dan lain sebagainya.

Dalam ilmu geofisika frekuensi adalah jumlah getaran yang terjadi dalam satuan waktu ataupun jumlah gelombang yang dihasilkan dalam satu satuan waktu. Dalam dunia geofisika, frekuensi berkaitan dengan permasalahan gelombang, baik gelombang seismik dan gelombang elektromagnetik.
Sekian Uraian pengertian frekuensi dan frekuensi di dunia geofisika. Semoga bermanfaat


KRIS H.P DAVID / 12116133

CERITA AKUISISI DATA GEOLISTRIK

  Pengalaman untuk melakukan penelitian bersama dosen adalah hal yang sangat menyenangkan, banyak hal yang bisa di petik. Ini adalah cerit...